Sabtu, 18 Maret 2017

Tugas Mata Kuliah Arsitektur Pohon 2017: Model Massart, Model Attim, dan Model Scarrone

Tugas dari Dosen : Atus Syahbuddin, S. Hut., M. Agr., Ph. D.
Nama Mahasiswa : Aulia Novindasari (13/351890/KT/07569)


Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massart, Model Attim, dan Model Scarrone terhadap Tingkat Erosi Tanah


Gambaran morfologi pohon pada suatu waktu disebut arsitektur pohon. Arsitektur pohon merupakan sebuah fase sebentar dari suatu rangkaian seri pertumbuhan pohon, nyata dan dapat diamati setiap waktu. Sedangkan program pertumbuhan yang menentukan rangkaian fase arsitektur disebut model arsitektur. Model arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon sebagai hasil dari pertumbuhan meristematik yang dikontrol secara morfogenik. Elemen-elemen dari arsitektur pohon terdiri dari pola pertumbuhan batang, percabangan dan pembentukan terminal (Halle et al., 1978). Menurut Halle dan Oldeman (1975), model arsitektur pohon dapat dibedakan dalam 4 karakteristik utama, yaitu:
  1.         Pohon tidak bercabang yaitu bagian vegetatif pohon hanya terdiri dati satu eksis dan dibangun oleh sebuah meristem soliter, contohnya model Holttum dan Corner.
  2.      Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang non-ekivalen, contohnya model Prevost, Rauh, Cook, Kwan-Koriba, Fagerlind, Petit, Aubreville, Theoretical, Scarrone, Attim, Nozeran, Massart dan Roux.
  3.      Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang ekivalen dan orthotropik, contohnya model Tomlinson, Chamberlain, Leuwenberg dan Schoute.
  4.      Pohon bercabang dengan aksis vegetatif campuran ada yang ekivalen dan non-ekivalen, contohnya model Troll, Champagnat dan Mangenot.

Arsitektur pohon Model Massart dibentuk oleh sebuah batang monopodial dan orthotropik dengan pertumbuhan ritmik dan secara berurutan menghasilkan percabangan bertingkat secara teratur yang berasal dari pertumbuhan meristem batang. Cabang-cabang lateral bersifat plagiotropik dan sering menampakkan bentuk simetris. Perbungaan  akan muncul dari cabang lateral tersebut dan dari batang utama (cauliflory). Nama model ini diberikan oleh Jean Masart yang telah mendeskripsikan arsitekturnya pada spesimen Virola surinamensis di Botanical Garden, Rio de Janeiro. Jenis yang memiliki model arsitektur pohon ini dari famili Loganiaceae dan Staphyliaceae (Massart, 1923 dalam Halle et al. 1978). Contohnya damar (Aghatis loranthifolia), randu (Ceiba pentandra), keruing (Dipterocarpus), pala (Myristica fragans), eboni (Diospyros spp.), Aghatis dammara, dan Araucaria calumnaris (Wiyono, 2009).
Model Attims merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda. Aksis vegetatif tidak ekuivalen dengan homogen, semuanya orthotropik. Percabangan monopodial dengan perbungaan lateral (di ketiak) dan mempunyai batang pokok yang mengalami pertumbuhan secara kontinyu. Jenis pohon yang memiliki model arsitektur ini dari famili Moraceae, Rutaceae, dan Sapindaceae(1). Contoh model ini pada bakau (Rhizophora spp.) dan ampupu (Eucalyptus globulus) (Wiyono, 2009).
Model Scarrone merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis vegetatif yang tidak ekuivalen dengan bentuk homogen, semuanya orthotropik, percabangan monopodial dengan perbungaan terminal (di ujung), terletak pada bagian peri-peri tajuk, cabang simpodial nampak seperti modular, batang dengan pertumbuhan tinggi ritmik. Jenis yang memiliki model arsitektur pohon seperti ini adalah dari famili Lauraceae dan Saurauiaceae(1). Pohon yang memiliki model ini adalah mangga (Mangifera indica), pandan (Pandanus sp.), jambu mete (Anacardium occidentale), kedondong (Spondias pinnata), johar (Casia siamea), langar (Peltophorum pterocarpum) dan waru (Hibiscus tiliaceus) (Wiyono, 2009).

Gambar 2. Model Scarrone
Vegetasi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan besarnya aliran permukaan dan erosinya. Peranan setiap jenis vegetasi berbeda-beda terhadap erosi. Erosi yang terjadi di bawah vegetasi dengan tajuk yang rimbun memiliki tingkat erosi yang lebih kecil dibandingkan dengan erosi yang terjadi di bawah vegetasi yang tajuknya jarang. Demikian pula, erosi akan lebih kecil di bawah vegetasi yang memiliki struktur tajuk berlapis-lapis dibandingkan dengan erosi yang terjadi di bawah vegetasi yang memiliki struktur satu lapis atau monokultur.
Dalam artikel ini telah dibahas 3 model arsitektur pohon yaitu Model Massart, Model Attim, dan Model Scarrone. Ketiga model tersebut merupakan contoh model arsitektur pohon yang memiliki pengaruh terhadap tingkat erosi tanah. Tingkat erosi yang ditimbulkan dari ketiga model tersebut juga berbeda-beda, tergantung pada morfologinya.
Pada Model Massart sifat percabangan plagiotropik menyebabkan diameter tajuk lebar sehingga luasan tajuknya luas. Percabangan yang plagiotripik dapat mendukung perkembangan diameter cabang, sehingga diameter batangnya besar. Hal ini mengingat bahwa cabang-cabang horizontal membutuhkan batang yang besar untuk mendukung eksistensi pohonnya. Percabangannya yang plagiotropik menyebabkan kedalaman tajuknya lebih dalam, hal ini karena semua cabang-cabang yang muncul dari batang bergerak horisontal dan tersusun merata. Percabangan plagiotropik menyebabkan tajuk hanya menahan air hujan untuk sementara. Air hujan yang mengenai cabang-cabang horisontal akan langsung menuju tanah dan tidak ada yang terbagi menjadi aliran batang, sehingga seluruhnya menjadi curahan tajuk. Hal ini menyebabkan aliran batang yang besar. Curahan tajuk yang besar dan aliran batang yang besar dapat menyebabkan erosi yang besar pula.
Pada Model Attim sifat percabangan orthotropik (vertikal), sehingga tajuknya tidak lebar. Percabangan model ini bergerak ke atas dan mengumpul di daerah puncak pohon, sehingga kedalaman tajuknya tidak dalam. Percabangan yang orthotropik akan meningkatkan aliran batang, karena cabang-cabangnya tumbuh secara vertikal (condong ke atas), sehingga akan menampung air hujan kemudian mengalir ke tanah lewat batang. Namun percabangan yang vertikal mampu menahan air hujan lebih lama, sehingga tidak langsung jatuh mengenai tanah melainkan mengalir melewati batang. Curahan tajuk yang kecil dan aliran batang yang besar dapat menimbulkan erosi, namun tidak sebesar Model Massart.
Model Scarrone memiliki sifat yang hampir sama dengan Model Attim. Model ini juga memiliki percabangan yang orthotropik, sehingga tajuknya tidak lebar. Hal tersebut menyebabkan aliran batang yang besar. Hal ini disebabkan oleh percabangan yang orthotropik dapat menahan air hujan, sehingga tidak langsung jatuh mengenai tanah melainkan mengalir melewati batang. Perbedaan Model Attim dan Model Scarrone terdapat pada pertumbuhan batangnya. Model Attim pertumbuhan batangnya kontinyu, sedangkan Model Scarrone pertumbuhan batangnya terbatas. Curahan tajuk yang kecil dan aliran batang yang besar dapat menimbulkan erosi, erosi yang ditimbulkan hampir sama seperti Model Attim namun tidak sebesar Model Massart.
Menurut penelitian Aththorick (2000), model arsitektur pohon berpegaruh nyata terhadap erosi. Hal ini berarti model arsitektur pohon sangat berperan dalam menentukan laju erosi pada tanah di bawahnya. Dari ketiga model arsitektur pohon diatas, Model Massart menimbulkan erosi yang paling besar. Sedangkan Model Attim dan Model Scarrone juga menimbulkan erosi, namun tidak sebesar erosi yang ditimbulkan Model Massart. Dengan demikian, Model Attim dan Model Scarrone merupakan model arsitektur yang baik digunakan untuk mendukung konservasi tanah dan air.




Daftar Pustaka
Aththorick, T. Alief. 2000. Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massart dan Rauh terhadap Aliran Batang, Curahan Tajuk, Aliran Permukaan dan Erosi di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Thesis. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Halle, F., R. A. A. Oldeman, dan P. B. Tomlinson. 1978. Tropical Trees and Forest,an Architecture Analysis. Berlin, Heidelbeg, New York: Springer-Verlag.
Halle, F dan R. A. A. Oldeman. 1975. An Essay on The Architecture and Dynamics of Growth of Tropical Trees. Kuala Lumpur: University Malaya.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon. Yogyakarta: Laboratorium Dendrologi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Daftar Laman

0 komentar:

Posting Komentar